"Mama, seberapa penting kita tahu fungsi pecahan dan penerapannya", tanya Daffa begitu aku sodarkan materi pelajaran kami kali ini.
Aku cuma tersenyum berusaha mencari jawabnya.
"Ehm begini persisnya seperti kita membagi Pizza menjadi beberapa potong untuk beberapa orang", jawabanku spontan.
Ketepatan jawabanku entahlah tapi aku jadi berpikir bagaimana dulu aku sibuk menghitung penambahan pecahan yang harus disamakan dulu dan fungsinya pada hidupku sekarang.
Entahlah.
Kami belajar pecahan sederhana, membagi gambar, membuat potongan pizza, tertawa bersama, menertawakan ketidak-adilan ketika kurang tepat menghitungnya.
Belajar tetap riang.
Foto dari : tempat belajar pecahan
Sebuah catatan kegiatan belajar-mengajar dari seorang Ibu yang mendidik murni putranya dengan "tanpa" pergi ke sekolah formal.Catatan ini sebagai gambaran nyata bahwa sekolah disamping seorang Ibu,Daffa di usia 9 tahun menjadi perjalanan yang indah dan memberi makna bahwa guru itu bisa berupa siapa saja yang kita temui.Bukan hanya si Ibu yang berperan sebagai guru tetapi Daffa pun sering "menjadi" guru dengan segala kepolosan dan ketulusannya.
Monday, January 31, 2011
Sunday, January 30, 2011
Belajar secara spontan
Belajar dengan riang gembira tanpa batasan |
Karena semua proses belajar-mengajar hanya melibatkan aku dan Daffa (karena suamiku bekerja sehari penuh), membuat suamiku kadang sering protes kenapa pelajaran kami tidak pakai KurNas saja.
Yang membuat suamiku tidak bertanya lagi adalah action Daffa.
Malam sebelum anak-anak tidur, kami mendongeng bersama di sela-sela ndongeng itu aku bertanya tentang Justin Bieber, spontan Daffa menyanyi lagu One Time lengakap dan dengan pronoun yang benar-benar seperti Bieber menyanyi, English-nya jelas bukan ngawur.
Aku senyum lalu aku cium.
"Lho Kak, koq bisa hapal gimana caranya?", tanya Papanya
"Yo, gampang ae Pa, tinggal cari lyricnya di internet lalu aku nyanyi sambil nonton Youtube-nya, gampang kan", jawab Daffa santai
Papanya melirik ke arahku, aku langsung jawab dengan sedikit mengena
"Apalah arti kurikulum kalau tidak meresap ke ingatan si anak", jawabku.
Suamiku cuma tersenyum penuh makna, artinya aku sudah terbebas dari intimidasi darinya yang terus menerus resah bagaimana Daffa kelak.
Belajar dengan spontan tanpa sekat-sekat malah membuatnya melesat.
Belajar tanpa tekanan malah membuatnya mengerti apa yang sedang dia pelajari.
Foto dari sini
Subscribe to:
Posts (Atom)