Tuesday, May 14, 2013

Berhomeschooling Kembali


Berhomeschooling Lagi

January 2013, Daffa masuk sekolah formal.

Semula dia begitu bersemangat, wajahnya ceria akan memulai sesuatu hal yang baru. 
Masuk bulan May 2013, dia redup, lunglai, jatuh sakit.
Jadwal sekolahnya di mulai dari pukul 7 pagi sampai pukul 6 sore. 
Meski tidak padat artinya ada jam istirahat tetap saja membuat Daffa lelah, belum lagi masa penyesuaian yang dia alami. 

Aku maklum kalau semua tidak berjalan sesuai angan, setidaknya kami sudah mencoba.
Aku sudah mulai ragu kalau ini saat yang tepat bagi Daffa memulai sekolah formal karena perubahan emosi Daffa begitu tajam yang aku rasakan, bukannya dia cemerlang tapi malah meredup. 
Daya belajarnya hampir punah, dia membenci semua bukunya, dia tidak membaca lagi seperti sebelum masuk sekolah formal.
Aku patah hati sesaat, tetapi aku ingat dan aku sadari bahwa sekolah formal bukan segalanya. Tapi sekali lagi aku tekankan, tidak semua Sekolah Formal itu buruk dan tidak semua Homeschooling itu paling baik.
Bisa jadi Cuma kami yang mengalaminya.
Kalau masalah penyesuaian diri setiap anak itu berbeda-beda  aksi dan reaksinya. 
Bagi Daffa berbaur tidak masalah karena dia ini mudah berbaur serta melebur dengan dunia baru. 
Bahkan cenderung jadi pemecah keheningan alias melumerkan suasana yang dingin. 
Daffa cenderung usil dan jahil menggoda temannya tapi di balik itu semua dia sedikit perasa terbukti ketika rambutnya digunting Kepala Sekolahnya di depan teman-temannya, dia merasa malu dan terpukul. 
Sebagai Ibu aku harus menguatkan hatinya, membesarkan hatinya yang meredup itu. Beberapa kali aku bilang padanya bahwa kejadian yang tidak kita inginkan itu kadang tak terhindarkan lalu membuat kita kecewa tetapi dari kejadian itu kita jadi belajar banyak hal, kekecewaan itu tidak selamanya tidak berguna justru kekecewaan itu ajang belajar kita untuk kuat dan membuat lebih mawas diri tentunya, mengajarkan pula agar tidak berbuat hal yang sama yaitu mengecewakan orang lain.
Dari berhomeschooling sampai sekolah dasar, melalui ujian persamaan Paket A dengan riang tanpa tegang lalu bersekolah formal di SMP, merasakan sensasi bersekolah formal, berbaur bersama teman-teman yang itu saja selama berbulan-bulan. 
Pada akhirnya Daffa merasakan seperti ini(ini hasil curhatnya dia padaku) :  “Ma, aku capek koq belajarnya cuma di buku paket itu saja, belum lagi kalau ada jam kosong, apa hebatnya mencatat sesuatu hal yang sudah ada di buku paket, ah aku buang banyak waktu”.
Cukup sudah selain menarik napas panjang, aku coba diam menelaah semua curhatnya.
“Ma, aku mau homeschooling lagi ya, aku mau belajar Bahasa dan Sastra Inggris juga belajar gitar sedetailnya”.
Bismillahirrohmanirrohiim, mari kita mulai Nak.

Catatan : Ini semua yang kami alami nyata tapi sekali lagi bukan berarti semua sekolah formal itu buruk atau tidak cocok bagi anak-anak begitu juga bahwa tidak semua homeschooling itu cocok dan paling baik bagi anak-anak tapi keputusan yang sudah dibuat itu ada baik buruknya dan sangat wajib diperjuangkan untuk diwujudkan sekuat tenaga sama-sama berjuang dalam pendidikan anak-anak.

4 comments:

  1. Kak Daffa hebattt... Kak Daffa pasti bisa ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih, menjaga konsistensinya itu yg harus konsisten juga, semua anak pasti punya pilihan dan tetap fokus di bidang pilihannya itu yg harus kita jaga dan semangati.

      Delete
  2. Semangat ya, Kakak Daffa. Peluk mba Duhita....*Hugs*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Tante Ethep, peluk juga dari aku Ibunya Daffa ini

      Delete

AddThis

Bookmark and Share